Jumat, 20 September 2019

Perbankan Ingin Terus Menambah Jumlah Varian RUmah KPR 2020

Beberapa katalis positif buat industri perbankan diinginkan mulai bisa tunjukkan sinyal pertanda sampai akhir tahun ini untuk masuk ke bidang property.
Pelaksana Pekerjaan Direktur Penting Bank BTN, Oni Febriarto Raharjo mengutarakan paling tidak ada dua unsur sebagai katalis positif buat usaha Bank.
Pertama, kata Oni, penurunan BI 7DRRR yang sudah dikeluarkan Bank Indonesia sampai 2x jadi 5,5%. Pasalnya Oni memandang kebijaksanaan itu memberi angin fresh buat perbankan pada saat mengetatnya likuiditas pada awal semester II/2019.
Unsur ke-2 ialah terbentuknya kabinet baru sesaat yang akan terealisaikan sesudah pemilu presiden selesai, Berlanjutnya kepemimpinan petahana untuk 5 tahun ke depan yang bisa mengkonfirmasi program Nawa Cita akan dipertahankan.
Salah satunya Program Sejuta Rumah. Dengan begitu, perbankan bisa mengalirkan credit simpatisan bidang property dari hulu sampai hilir.
Per Juli 2019, Bank BTN sudah mengalirkan pembiayaan perumahan untuk Program Sejuta Rumah sekitar 503.974 unit dengan nilai credit sebesar Rp43,64 Triliun.
Dengan perincian untuk KPR sekitar 135.893 unit serta suport credit konstruksi belum KPR 368.081 unit. Spesial untuk fragmen subsidi, Bank BTN sudah mengalirkan harga kulkas pembiayaan perumahan sekitar 111.823 unit berbentuk KPR serta sekitar 251.550 unit.
Dengan perolehan ini Bank BTN sudah sampai 63% dari sasaran keseluruhan tahun ini yang dibanderol sekitar 800.000 unit baik untuk pembiayaan perumahan subsidi atau non subsidi. Ditambah lagi Bank BTN mendapatkan limpahan paket sekitar seputar 2.467 unit.
Tetapi, buat pengembang bidang property belum tumbuh relevan sebab keinginan Credit Pemilikan Rumah (KPR) belum tinggi. Direktur Marketing Pollux Property Maikel Tanuwijaya mengutamakan masih terdapatnya interval dari penurunan suku bunga ke penurunan suku bunga credit KPR oleh perbankan.
Kepala Analisa Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan malah memandang penurunan suku bunga referensi tidak langsung dapat jadi unsur pendorong bidang property. Faktanya, berkaca pada 2013 lalu, suku bunga referensi yang naik 175 basis point, tapi industri property masih tumbuh di angka 20,8%.
Ia memandang, masih berat buat industri pada semester ke-2 tahun ini untuk dapat bangun. Ini bila melihat pada pendistribusian Credit Kepemilikan Rumah (KPR) yang melambat. Melambatnya keinginan credit karena disebabkan keinginan (permintaan) credit property masih harga sepatu bola hanya terbatas, ditambah lagi untuk tempat tinggal elegan (high rise building) seperti kondomium serta apartemen yang sifatnya untuk investasi periode panjang.
Tetapi, tidak dapat disangkal jika keinginan credit property untuk pasar menengah ke bawah masih ada seperti program sejuta rumah yang digagas pemerintah. Ini sekaligus juga memberi retensi pada kekuatan bidang ini untuk rebound.
Head of Research serta Direktur Savills Indonesia Anton Sitorus menjelaskan jika naik turunnya suku bunga referensi tidak langsung bisa kelihatan di bidang property. Faktanya sebab property bukan terhitung bidang yang likuid.
Faktanya dari 2017 suku bunga itu rendah, tetapi keadaannya sampai saat ini masih sama juga. Jadi, sebab banyak unsur. Bisa jadi memberikan dampak jika perubahannya besar, tekannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar